Sabtu, 15 Juni 2013

Karena Ku Cinta Baginda Nabi (part 2)


Oleh:
Muhammad Singgih




Teringat kisah Hamid, dalam serial TV itu. Betapa akhlaknya melangit, perilakunya terpuji. Bahkan ia sampai meminta izin untuk mengambil buku yang sudah dibuang oleh pemiliknya di tempat sampah. Betapa besar cintanya pada baginda Nabi, tingkah lakunya adalah cerminan cintanya. Mungkin sebagian pembaca ada yang pesimis, seraya berkata “mana ada sosok seperti itu di Indonesia, di zaman sekarang?. Di timur tengah, mesir atau arab mungkin banyak itu pun di zaman dahulu kala”. Demi Allah, besar harapan saya akan muncul sosok-sosok seperti Hamid yang kelak akan memimpin Indonesia yang sejatinya adalah sepenggal jannah. Semoga.

Mari lanjutkan perkenalan kita dengan Baginda Nabi.
Beliau orang besar, tak ada yang membantah. Hidup bersama pamannya sepeninggal wafat kakeknya. Menggembala kambing untuk melanjutkan hidupnya. Jauh dari hingar bingar politik, tetapi imajinasinya membangun sebuah kepemimpinan pada kambing-kambingnya seperti yang ia saksikan saat sang kakek memimpin makkah.
Beliau seorang panglima, administrator yang tak ada bandingnya dalam sejarah. Sepuluh tahun di Madinah, 30 an ghazwah beliau pimpin sendiri ditambah dengan 300 datasemen yang beliau bentuk. Dari segi jumlah saja, Napoleon Bonaparte, George Washington, atau Simon Bolivar tidak ada seujung kukunya.
Wibawanya berbeda dengan Kisra maupun Caesar. Bahkan Umar pernah menangis menyaksikan belilau tidur beralas tikar kulit kasar yang disusun rerumputan. “sungguh yaa Rasulullah, Kisra dan Caesar bersandar di atas bantal dan permadani suteranya, palayan pun hilir mudik melayani mereka, sementara kedudukanmua di sisi Allah jauh lebih mulia”. Begitulah kira-kira keluh Umar. “Apakah engkau tidak ridha melihat mereka mendapat dunia sedangkan kita menyimpan akhirat wahai Ibnul Khaththab”. Begitulah jawab Nabi dengan senyum termanis yang pernah disaksikan dunia.
Beliau adalah negosiator ulung, paling brilian. Ingatkah antum semua sengketa Hajar Aswad dan perjanjian Hudaibiyah adalah sedikit kiprahnya. Beliau juga melakukan korespondensi paling berani dengan berkirim surat kepada penguasa-penguasa sekelas Caesar atau pun kisra di zaman nya. Peristiwa ini pula lah yang belakangan bisa kita gunakan sebagai bantahan kaum Liberal pengusung pluralisme Agama, yang menyatakan semua agama benar menuju satu keselamatan.
Beliau adalah suami yang sempat mengajak istri balap lari. Atau meredakan kecemburuan sag istri dengan memencet hidungnya. Panggilan mesra Khumairaa pada Aisyah yang pipinya selalu merona merah. Di sela masa sibuk memimpin umat muslim, beliau sempat menambal baju, menggiling gandum bahkan memerah susu sapi untuk santapanya.
Begitu luwes, tidak kaku, pemimpin besar ini menjadi ayah yang menimang Ibrahim sang putera.
Beliau adalah teman duduk yang mengasyikan, candaannya tak pernah berbumbu dusta. “Wahai pemilik dua telinga!” panggilan pada Az Zubair yang membuat para sahabat lainnnya tergelak, tertawa. Penampilannya begitu sederhana, tak ingin berbeda dari sahabatnya. Tetapi tetap saja beliau selalu rapi, wangi, dan meyejukkan mata. Baginda Nabi, baru sebatas ini cinta kami pada mu...
Mari bersenandung bersama Raihan:
Terpadam api biara majusi
Runtuhlah istana kisra Parsi
Mekkah diterangi cahaya putih
Tanda lahir Nabi anak yatim.

Kepada semesta ia membawa Risalah Al Quran, Kalamullah yang dinuzulkan berangsur-angsur sejak dari bukit cahaya ‘jabal nur’. Pada malam qadar yang mengungguli seribu bulan, menggemakan Iqra menjadi tonggak peradaban, menyemaikan kata cinta, adil, setara, taat, merdeka, hak asasi, dan seterusnya.


Daftar pustaka:
Karena Ku Cinta Baginda Nabi (ust Habiburrahman el shirazy)
Kajian ahad pagi KH Fakhrudin Al Bantani
Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim (ust Salim a Fillah)
Dll.
Semoga jadi sumber jariyah bagi penulis pribadi dan tiga tokoh di atas. Amin 
»»  READMORE...

Senin, 10 Juni 2013

Karena Ku Cinta Baginda Nabi (part 1)


        Mungkin sebagian teman-teman ada yang melihat serial TV beberapa waktu lalu yang berjudul “Karena Ku Cinta Baginda Nabi”. Film garapan Ust Habiburrahman El Shirazy ini cukup membuat perasaan tercampur aduk. Menceritakan seorang anak yang sedang dalam proses tahfidzul Quran. Dengan akhlak melangit bak malaikat, mengarungi kerasnya kehidupan, ditinggal wafat ayahnya dan kondisi ibunya yang buta.  Itulah tabiat kang abik yang senantiasa menampilkan tokoh-tokoh melangit yang diharapkan jadi panutan bagi anak negeri. Berbagai akhlak terpuji dilakukan oleh sang tokoh utama, seperti mengembalikan dompet milik orang kafir atau sekadar membantu orang tua yang kini jarang dilakukan oleh anak-anak masa kini. Di akhir cerita dijelaskan karena kecintaannya pada Nabi Muhammad SAW lah yang menyebabkan akhlak itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas dari cerita film di atas, saya ingin menyampaikan suatu artikel atau lebih tepatnya re share dari satu kajian mengenai sejarah singkat kehidupan Nabi Muhammad, tokoh panutan, nabi akhir zaman, dan pembawa risalah Al Quran.
Berangkat dari idiom tak kenal maka tak cinta, maka marilah kita mulai perkenalan singkat kita dengan sang Nabi. Agar kecintaan kita pada baginda Nabi semakin bertambah, sehingga bisa tercermin dari akhlak kita sehari-hari. Selain itu penulis juga ingatkan bahwa, wajib atas seseorang yang mukalaf usia 15 tahun berakal sehat untuk mengetahui Nama, tempat dan tanggal kelahiran, Nasab nabi Muhammad SAW terutama dari jalur ayahnya. Jika tidak tahu, maka berdosalah kita. atau paling tidak meski tidak menghafalnya kita tidak boleh membantah jika diberi penjelasan tentangnya.
Mari kita berkenalan dengan baginda Nabi.
Ialah Muhammad, beberapa literatur menyebutkan nama ini diberikan langsung oleh Allah SWT. sebelum alam ini, jagat raya ini tercipta. Bahkan ia menjadi sebab diciptakannya alam ini beserta isinya. Bahkan ia menjadi sebab diciptanya Iblis dan malaikat. Kurang lebih sekitar 200 nama dan gelar disematkan padanya –selain Muhammad, ia juga kerap disapa Ahmad atau gelar al amin yang disandangnya sejak masih muda.
Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah pada hari senin sebelum subuh tanggal  20 april 571 M atau 12 Rabiul Awal tahun gajah, tepatnya 50 hari setelah penyerbuan tentara gajah.  
Nasab Beliau.
Dari jalur ayahnya adalah sebagai berikut:
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaaf bin Qushay bin KILAB bin Murroh bin ka ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nudlor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas  bin Mudlor bin Nizar bin ma’ad bin Adnan.
Sementara dari jalur ibunya adalah sebagai berikut:
Muhammad bin Siti Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin KILAB

Jadi Nasab ibu dan bapak Rasulullah bertemu pada kakek buyutnya yang bernama Kilab.  

Kisah tak terungkap
Berbagai kisah meliputi sepanjang perjalanan hidupnya yang tak terungkap atau kita yang tak mau belajar di majlis ilmu sehingga kisah-kisah bertinta emas tidak datang pada kita.
Adalah kakek nabi Abdul Muthalib yang merupakan ayah dari Abdullah (ayah Nabi) dan Abu Tholib (paman nabi). Suatu ketika saat Abdullah (ayah nabi) belum lahir, saat ia masih mempunyai sembilan anak, Abdul Mutholib pernah bernadzar ‘jika ia mempunyai anak lagi sehingga anaknya berjumlah sepuluh, maka ia akan menyembelih salah satu anaknya’. Tak disangka tak diduga, lahir lah Abdullah, ialah anaknya yang ke sepuluh. Maka nadzar adalah janji dan janji adalah hutang, fitrahnya lah untuk segera dilunasi.
Maka dilakukanlah semacam undian untuk menentukan siapa yang dikorbankan dan disembelih untuk melunasi nadzar tersebut. Konon inilah asal muasal diadakannya arisan, bedanya adalah.. ah tentu pembaca bisa terka sendiri. Setelah dilakukan beberapa kali berturut-turut nama yang keluar adalah Abdullah (ayah Nabi). Sehingga diputuskan Abdullah yang akan dikorbankan.
Mengingat Abdul Mutholib adalah tokoh panutan, orang penting pada strata kehidupan masyarakat qurais dikhawatirkan kegiatan semacam ini akan diikuti oleh masyarakat dan membudaya. Oleh sebab itu dilakukan lah perundingan dan diupayakan bisa ditebus dengan obyek yang lain. Setelah perundingan dan konsultasi dengan pemuka agama setempat, maka diputuskan untuk menggantinya dengan 100 ekor unta. Dan inilah asal muasal dasar hukum membunuh seseorang dengan tidak sengaja.
Nabi pernah berkata, dia adalah keturunan dari dua orang yang hendak disembelih namun batal, tidak jadi.

Abdullah adalah sosok pria yang shalih, ia tampan bahkan beberapa literatur menyebutkan hampir sekualitas nabi Yusuf as. Ketika akhirnya memilih Siti Aminah gadis suci anggun nan shalihah, 200 orang wanita cantik sekualitas Syahrini atau pun Luna Maya stres dan memilih mengakhiri hidupnya.
Ketika menikah, dan menjalani ibadah farji nya, langit dan bumi ramai menjadi gaduh. Hewan-hewan ribut dan konon mereka berbicara dengan bahasa arab “hari ini nabi akhir zaman ada di rahim wanita muslim” begitu suaranya.

Sekilas kisah hidup Baginda Nabi
Nabi Muhammad SAW menjadi yatim saat dua bulan dalam rahim Siti Aminah, ayahnya –Abdullah wafat saat hendak pergi berbelanja ke Madinah. Sedangkan ibunya wafat pada saat nabi Muhammad berusia 6 tahun saat perjalanan untuk jiarah ke makam ayahnya. Jadilah sang nabi Muhammad yatim-piatu. Kisah sedih tak sampai disini, nampaknya Allah SWT sedang menguji hamba pilihannya. Usia 8 tahun kakeknya Abdul Mutholib dipanggil oleh Allah.
Dalam kesedihan kesengsaraan, beliau tumbuh menjadi orang hebat, Nabi akhir zaman. Kenabiannya diramalkan oleh seorang rahib saat nabi istirahat siang, nabi Muhammad duduk di bawah pohon yang sama dengan pohon yang disinggahi oleh nabi Musa as. Di usia 12 tahun beliau tumbuh menjadi manajer unit usaha internasional Abu Thalib hingga ke Syams. Dialah kunci sukses kafilah dengan kejujurannya. Usia 26 ia menjadi pengelola utama bisnis besar yang di investasikan oleh Khadijah. Dia enterpreneur dengan sifat nabawi: jujur, kapabel, smart, informatif.

Bersambung ke part 2..... AFWAN

Daftar pustaka:
Karena Ku Cinta Baginda Nabi (ust Habiburrahman el shirazy)
Kajian ahad pagi KH Fakhrudin Al Bantani
Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim (ust Salim a Fillah)
Dll.
Semoga jadi sumber jariyah bagi penulis pribadi dan tiga tokoh di atas. Amin

»»  READMORE...