Oleh
Muhammad Singgih
Cinta yang tidak sehat bisa saja menjadi satu identitas
keberdosaan yang akan kita bawa menghadap Allah Azza wa jalla. Hati yang tak
lagi khusyuk karena selalu mengingat kekasih. Mata yang mencuri pandang atau
saling menatap. Tangan dan kulit yang saling menyentuh. Sekecil apapun
pelanggaran, ia menjadi keberdosaan kita. Bahkan boleh jadi, dosa terbesar kita
adalah menganggap kecil pelanggaran-pelanggaran itu.
Saudara ku, sahabatku ketahuilah ... tersisanya tanda dosa
adalah ancaman besar bagi nasib ubun-ubun, kaki, leher, dan tangan. Sekarang pandangilah
mereka, tanyakan pada mereka kesiapan untuk direnggut paksa.
Orang-orang yang
berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka
(Ar Rahman; 41)
Naudzubillah, laa
haula wa laa quwwata illa billah.
Saat kukatakan padamu
“Be my Valentine..”
Barangsiapa menyerupai
suatu kaum, maka ia termasuk golongan
mereka (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Membicarakan pacaran sulit untuk lepas dari kata valentine day.
Tak perlu banyak berdebat inysa Allah. Kita semua sudah banyak mendapati bahasan
bahwa perayaan ini berasal dari agama paganisme yang najis lalu
dihidup-hidupkan oleh pemuka agama nasrani yang bodoh dan seenak perut
menentukan tata cara ibadah. Kini valentine jadi alat kapitalisme untuk
memasarkan produknya dengan memeras para remaja. Ustadz Shofwan pernah nulis
dalam buletin SMA. “Hanya ada dua jenis manusia yang merayakan valentine:
Kapitalis yang keji dan orang bodoh yang tertindas.
Tak perlu kita menjadi korban, apalagi dengan memboroskan
milik kita. Cinta yang sehat mengajarkan untuk mempersiapkan masa depan kita penuh
rencana, karena engkau akan memiliki istri dan putera puteri yang akan engkau
perranggungjawabkan nafkahnya di hadapan Allah.
Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan, dan syaithan sangat
ingkar kepada Rabbnya. (Al Isra’ :27)
Ah jangan-jangan, benda kecil semacam cokelat membuat kita
bersaudara dengan syaithan. Naudzubillahi
min dzalik. Kalau kita memerlukan kajian lengkap soal sejarah kelam budaya
agama pagan ini, bukan tulisan singkat ini tempatnya. Ummi Irena Handono, ust
Salim a Fillah, Ust Felix dan yang lainnya banyak memaparkan hal ini dalam
kajiannya.
Ciputat, Rabiul Awal, suatu senja