Jumat, 10 Februari 2012

CINTA KITA CINTA SEHAT



Oleh
Muhammad Singgih


Cinta yang tidak sehat bisa saja menjadi satu identitas keberdosaan yang akan kita bawa menghadap Allah Azza wa jalla. Hati yang tak lagi khusyuk karena selalu mengingat kekasih. Mata yang mencuri pandang atau saling menatap. Tangan dan kulit yang saling menyentuh. Sekecil apapun pelanggaran, ia menjadi keberdosaan kita. Bahkan boleh jadi, dosa terbesar kita adalah menganggap kecil pelanggaran-pelanggaran itu.
Saudara ku, sahabatku ketahuilah ... tersisanya tanda dosa adalah ancaman besar bagi nasib ubun-ubun, kaki, leher, dan tangan. Sekarang pandangilah mereka, tanyakan pada mereka kesiapan untuk direnggut paksa.

Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka (Ar Rahman; 41)

Naudzubillah, laa haula wa laa quwwata illa billah.

Saat kukatakan padamu “Be my Valentine..”

Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan  mereka (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Membicarakan pacaran sulit untuk lepas dari kata valentine day. Tak perlu banyak berdebat inysa Allah. Kita semua sudah banyak mendapati bahasan bahwa perayaan ini berasal dari agama paganisme yang najis lalu dihidup-hidupkan oleh pemuka agama nasrani yang bodoh dan seenak perut menentukan tata cara ibadah. Kini valentine jadi alat kapitalisme untuk memasarkan produknya dengan memeras para remaja. Ustadz Shofwan pernah nulis dalam buletin SMA. “Hanya ada dua jenis manusia yang merayakan valentine: Kapitalis yang keji dan orang bodoh yang tertindas.
Tak perlu kita menjadi korban, apalagi dengan memboroskan milik kita. Cinta yang sehat mengajarkan untuk mempersiapkan masa depan kita penuh rencana, karena engkau akan memiliki istri dan putera puteri yang akan engkau perranggungjawabkan nafkahnya di hadapan Allah.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan, dan syaithan sangat ingkar kepada Rabbnya. (Al Isra’ :27)

Ah jangan-jangan, benda kecil semacam cokelat membuat kita bersaudara dengan syaithan. Naudzubillahi min dzalik. Kalau kita memerlukan kajian lengkap soal sejarah kelam budaya agama pagan ini, bukan tulisan singkat ini tempatnya. Ummi Irena Handono, ust Salim a Fillah, Ust Felix dan yang lainnya banyak memaparkan hal ini dalam kajiannya. 


Ciputat, Rabiul Awal, suatu senja 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar