Oleh: Muhammad
Singgih*
B
|
agi
orang tua, kehadiran anak merupakan dambaan dan impian bagi mereka. Hal
tersebut menyempurnakan kebahagiaan setelah separuh agama yang diraih. Hadirnya
keturunan, selain pelestarian klan keluarga juga merupakan pembuktian
kesempurnaan anugrah Allah kepada setiap manusia.
Rumah tangga tanpa kehadiran anak
–meskipun tidak harus, rasanya terasa sepi. Dengan adanya anak, lelah pasca
seharian kerja seolah sirna setelah melihat anak-anak di rumah. Tenaga yang
habis di jalanan macet seolah terisi kembali setelah melihat senyuman anak-anak
di rumah, bahkan si sulung yang gendut terasa enteng digendongan. Sedikit
meminjam istilah ust Salim a fillah, seperti melihat seiris surga yang disiram
madu, jika saat pulang tugas disambut senyum keluarga.
Bagi orang tua modern saat
ini, kehadiran anak selain disikapi sebagai sebuah kebanggaan juga bisa
dijadikan bahan eksitensi diri di media sosial. Sah-sah saja memang jika banyak
yang upload foto hasil USG 4 dimensi nya atau sekedar
update status “abis cek up di bidan Fulanah nih”. Tapi semoga para calon orang
tua modern ini tidak lupa pada tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam mempersiapkan
kehadiran buah hati amanah Allah ini.
Di antara keutamaan dan
kesempuranaan syariat Islam ialah memuat segala sesuatu. Termasuk diantaranya
adalah penjelasan hukum berkaitan dengan menanti buah hati serta hal-hal yang
berkaitan dengannya. Alangkah indahnya masyarakat yang mampu melaksanakan
syariat Allah di muka bumi ini dimulai dari keluarganya.
Dimulai
dari bersyukur
Sungguh bahagianya duhai
sepasang kekasih dibingkai cinta halal dan resmi setelah beberapa bulan
mengarungi rumah tangga, tanda kehadiran buah hati mulai dirasa. Perut mual dan
tidak enak badan diperkuat dengan hasil test
pack dan pemeriksaan bidan
senior di depan komplek perumahan. Maka hendaklah bersyukur kepada Allah atas
nikmat tak terkira dari Nya. Dalam Al Quran, Allah mengisahkan tentang sepasang
suami istri yang berdoa kepada Rabb nya tatkala sang istri sedang mengandung.
Allah
berfirman:
“Dialah
yang menciptakan kalian dari satu manusia dan menjadikan dari istrinya, agar
dia merasa tenteram dengannya. Maka setelah dia mengumpulinya, istrinya
mengandung kandungan ringan, terus merasa ringan beberapa waktu. Tatkala ia
merasa berat, maka keduanya berdoa kepada Rabbnya, seraya berkata: “
sesungguhnya jika engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami
termasuk orang yang bersyukur”, tatkala Allah memberi anak yang sempurna kepada
keduanya, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak anak yang
telah dianugerahkan kepada keduanya. Maha suci Allah terhadap apa yang mereka
persekutukan (QS, Al Araaf: 189-190)
Ayat tersebut di atas
menunjukan hendaklah orang tua bersyukur kepada Allah sebagaimana keduanya
berdoa kepada Allah tatkala bayi tersebut masih di dalam kandungan.
Semasa
penantian dalam beratnya beban yang dibawa sang istri, atau amanah berat si
suami berikhtiar kumpulkan materi sambil isi kajian di sana sini.
Suatu riset yang berangkat
dari pengaruh kuat kepercayaan
masyarakat barat menyatakan bahwa, musik klasik alunan Mozart bisa menjadikan
janin dalam kandungan kelak menjadi anak yang jenius dan cerdas. Maka
masyarakat Indonesia seolah latah mengikuti terapi dan metode ini. Meskipun
belakangan dalam studi termutakhirnya kepercayaan tersebut mulai dibantah.
Jakon Pietschnig dari University of Vienna dalam riset berjudul Mozart Effect
mengemukakan kesalahan besar musik melegenda ini. Dengan 3000 partisipator,
hasil penelitiannya adalah tidak ada stimulus intelegensi apapun pada seseorang
setelah mendengarkan musik mozart.
Bagi kita kaum muslimin ada
cara jitu lain, membaca Al Quran merupakan suatu kewajiban yang harus kita
jalankan. Tak terkecuali bagi calon ibu yang sedang mengandung janin calon
jundullah di muka bumi. Maka membaca Al Quran saat mengandung sangatlah
dianjurkan oleh kalangan ulama. DR Nurhayati dari Malaysia dalam penelitian
yang dipublikasi dalam seminar konseling dan psikoterapi islam, mengungkapkan
setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang
tertentu. Dan ternyata membaca Al Quran yang dibaca tartil sesuai dengan ilmu tajwid mempunyai frekuensi dan
panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan
keseimbangan tubuh. Subhanallah. Maka
membacakan Al Quran atau sholawat atas nabi bisa dilakukan selama masa menunggu
kehadiran buah hati, selain bisa menenangkan jiwa, bacaan Al Quran bisa juga
jadi makanan ruhani bagi bunda dan janinnya. Beruntunglah bagi temen-temen
yang ketemu jodoh di komunitas ODOJ (One Day One Juz).
KH
Fakhrudin Al Bantani dalam suatu kajian mengungkapkan, para ulama menganjurkan
membacakan surat Yusuf atau surat Maryam semasa janin dalam kandungan.
Alasannya adalah karena dalam kedua surat di atas mengandung ayat-ayat
pendidikan yang sangat baik ditanamkan di masa awal pertumbuhan janin.
Contohnya dalam QS Maryam ; 12-14
Dan bagi calon ayah, bekerja
dan usaha mencari nafkah terasa menjadi lebih semangat, dobel. Menghitung hari
jadi bulan menanti penerus nasab hadir ke muka bumi menjadi tentara Allah
penegak syariat. Persiapan untuk biaya pra persalinan dan pasca persalinan yang
tidak sedikit, membuat butir keringat yang mengkristal terasa ringan dan nikmat
karena bernilai pahala di sisi Rabbnya. terkadang sepulang kerja masih ditunggu
untuk mengisi kajian mentoring atau anak-anak TPA di sekitar rumah untuk melancarkan
bacaan IQRA nya, menjadikan waktu istarahat tinggal sedikit. Saat itu nasyid
shoutul harakah atau snada bisa jadi
teman melepas lelah.
Selamat menikmati masa
tunggu kehadiran buah hati sambil tilawah dengan tajwid tepat, tartil dan suara
merdu. Dan bagi yang masih menunggu calon ustadz/ustadzah di rumah mu kelak,
selamat menunggu dalam ketangguhan menjaga syahwat bernilai jihad.
Saat
ia hadir sambutlah dengan Adzan di telinga kanan dan Iqamat di telinga kiri
Dari ibnu Abbas, beliau
mengatakan, “Nabi shallallahu alaihi wasalam adzan di telinga al Hasan Bin Ali
pada hari beliau dilahirkan maka beliau adzan di telinga kanan dan iqomat di
telinga kiri.”
Hadist populer di atas
diriwayatkan oleh Al baihaqi dalam syu ‘abul iman dan juga Ibnul Qayyim dalam
Tuhfatul maudud bi ahkamil maudud.
Meskipun ada sedikit
perbedaan pandangan terhadap sunnah ini, namun hal tersebut bukanlah hal yang perlu
diperuncing dan mendebat dalam simposium kusir panjang lebar. Di samping cukup
populer dan membudaya di masyarakat Indonesia, menurut Ibnu Al Qayyim dalam Tuhfat Al Maudud fi ahkam al maulud,
mengumandangkan Adzan dan Iqomah juga mempunyai beberapa hikmah, diantaranya
adalah mengajarkan kepada sang bayi tentang kebesaran Tuhannya sekaligus
meneguhkan kalimat tauhid dalam jiwanya semenjak dia dilahirkan ke dunia ini.
Selain itu juga sebagai pelindung dari gangguan jahat setan dan jin yang selalu
mengincar anak manusia.
Lalu
di-tahnik, ah terdengar asing
Ada sunnah Rasul yang jarang
kita dengar apalagi melaksanakannya di masyarakat. Tahnik namanya, mengunyah sesuatu makanan lalu
meletakannya di langit-langit mulut bayi. Biasanya makanan yang digunakan
adalah kurma, jika tidak ada bisa diganti dengan madu atau pisang, bisa juga yang lainnya. Dan
dianjurkan orang yang men-tahnik bayi adalah orang yang memiliki keutamaan,
kebaikan dan ilmu.
Dari Abu Musa Al Asy’ari, ia
berkata: anak lelakiku baru saja lahir, lantas aku membawanya kepada Nabi
Shallalhu ‘alaihi wasalam, sesampainya di hadapannya, beliau Shallallahu
‘alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim, lalu mentahnikya dengan kurma dan
memohonkan keberkahan baginya, setelah itu beliau Shollallahu ‘alaihi wa salam
serahkan lagi kepadaku” (HR Bukhari dan Muslim)
Beri
nama yang baik dan jangan lupa Aqiqah
Diantara kewajiban orang tua
atas anaknya adalah memberi nama yang baik, dalam pemberian nama sangat
dianjurkan untuk minta saran dari murrabi atau orang sholeh yang kita kenal di
sekitar rumah. Karena nama adalah doa dan memiliki makna harapan di masa
mendatang, berilah anak nama yang baik. Jadi idiom barat tentang “apalah arti
sebuah nama” sungguh sangat membingungkan.
Lalu tujuh hari pasca
kelahiran, selain berikan nama laksanakan juga cukur rambut bayi dan aqiqah.
Dua ekor kambing untuk bayi laki-laki dan seekor untuk bayi perempuan. Berangkat
dari hadist berikut:
Dari Aisyah dia berkata:
Rasulullah bersabda: “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan
bayi perempuan satu kambing.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Sejatinya banyak sekali
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Maaf, atau bahasa populernya afwan, fasal Walimatul tasmiyah, aqiqah dan
i’dhzar (khitan) akan dibahas dalam ulasan berikutnya. Di lain kesempatan akan
kita share juga soal pendidikan yang tepat bagi anak berdasarkan cara yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Semoga tulisan singkat ini
bermanfaat, kemudahan dan kebenaran dalam penulisan ini adalah karunia dari
Allah SWT, sementara kesalahan baik redaksi ataupun pemahaman adalah kelemahan
saya dalam dangkalnya ilmu.
Daftar
bacaan:
·
Kajian
rutin KH Fakhrudin Al bantani
·
Blog:
syiarislam.net
·
Muslimah.or.id
·
Terusbelajar.wordpress.com
·
Mulandari.wordpress.com
Semoga
jadi amal jariah bagi mereka di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar