Sabtu, 14 Juli 2012

Umat Islam Lebih Suka Bank Riba’ daripada Bank Syariah

Sungguh mengherankan, ternyata umat Islam Indonesia lebih suka  menyimpan dananya di Bank Konvensional (Bank Riba’) daripada Bank Syariah (Bank Islami). Terbukti hingga sekarang asset Perbankan Syariah hanya 5 persen (Rp 150 triliun) daripada asset Perbankan Nasional yang mencapai Rp 3.000 triliun.

“Meski MUI telah mengeluarkan Fatwa tahun 2004 lalu mengenai Haramnya Bunga Bank, namun ternyata tidak terjadi rush  dimana umat Islam memindahkan dananya ke Bank Syariah. Terbukti Hingga sekarang asset Perbankan Syariah hanya 5 persen dari asset Perbankan Nasional. Namun saya optimis dalam 10 tahun mendatang asset Perbankan Syariah bisa mencapai 15 persen Perbankan Nasional.”

Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI), Eddy Setiadi, menjawab pertanyaan Suara Islam Online pada acara  Diskusi Perbankan Syariah di Bandung, Sabtu (7/6). Turut berbicara dalam diskusi dengan tema “Perbankan Syariah, Potensi dan Tantangan Bagi Pembangunan Ekonomi Ummat dan Bangsa” tersebut Deputi Direktur Departemen Perbankan Syariah BI, Dani Gunawan Idad dan Deputi Direktur Grup Hubungan Masyarakat BI, Hari Murti.

Menurut Eddy Setiadi, sekarang jumlah nasabah Bank Syariah mencapai 9,1 juta orang sedangkan Bank Konvensional sebesar 50 juta orang. Dengan asset Perbankan Syariah hanya 5 persen dari Perbankan Nasional,  menunjukkan golongan agniya (kaya) dari umat Islam Indonesia belum bersedia memindahkan dananya ke 10 Bank Umum Syariah (BUS) yang saat ini beroperasi di Indonesia.

“Alhamdulillah, sekarang seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, lembaga perdagangan dan lain sebagainya telah menggunakan Bank Syariah,” ungkap Eddy Setiadi.

Sementara itu Deputi Direktur Grup Humas BI, Hari Murti, menambahkan justru di negara Barat dan non Muslim lainnya, Bank Syariah berkembang sangat pesat. Sebab mereka mengetahui akan nilai-nilai kebaikan dari Bank Syariah yang mengharamkan riba’ tersebut.

“Perbankan Syariah di Eropa dan AS serta negara non muslim lainnya seperti Jepang, China, India dan Amerika Latin justru berkembang sangat pesat,” ungkap Hari Murti.

Dikatakannya, Bank Syariah berkembang bukan karena tergantung mayoritas umat Islam seperti di Indonesia, tetapi karena yang dijual adalah nilai-nilai kebaikan dari Perbankan Syariah. Jadi kebaikan Ekonomi Syariah justru ditangkap di negara-negara Barat dan non Muslim lainnya, bukan di negara mayoritas Islam seperti Indonesia. Sampai sekarang umat Islam Indonesia masih kurang peduli terhadap perkembangan Bank Syariah.

“Hanya 15 persen umat Islam Indonesia yang menyimpan dananya dengan berpedoman ‘pokoknya syariah’, sedangkan 85 persen masih berpedoman ‘pokoknya untung’, ujar Hari Murti. (*)

repost dari suara-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar